بسم الله
الرحمن الرحيم
“
BERMAIN , CERITA BERNYANYI“
Dalam Pelatihan Guru Madin
Se Kota Madiun
Sabtu
14 September 2013
MENGAJAR ANAK-ANAK DENGAN METODE
BCM ( BERMAIN CERITA MENYANYI ) .
MENGAJAR ANAK-ANAK DENGAN METODE
BCM ( BERMAIN CERITA MENYANYI ) . metode BCM ( Bermain, Cerita, Menyanyi ).
BERMAIN :
bermain sering dikaitkan
dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan dengan spontan dan dalam suasana riang
gembira.
Garvey dalam salah satu
tulisannya mengemukakan adanya lima pengertian yang berkaitan dengan
bermain,yaitu:
1.
Bermain adalah sesuatu yang
menyenangkan dan memiliki
nilai positif bagi anak
2.
Bermain tidak memiliki tujuan
ekstrinsik,namun
motivasinya lebih bersifat intrinsik.
3.
Bermain bersifat spontan dan suka
rela, tidak ada unsur
keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak.
4. Bermain melibatkan peran aktif
keikutsertaan anak.
5. Bermain memiliki hubungan sistematik yang
khusus
dengan sesuatu yang bukan bermain,
seperti misalnya :kemampuan
kreatifitas, kemampuan memecahkan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial
dan sebagainya. Pengertian ini menggambarkan bahwa apabila kegiatan bermain
menyenangkan,maka anak akan terus melakukannya, namun bila sudah tidak
menyenangkan maka anakpun akan menghentikan permainan tersebut.
Klasifikasi Bermain. Klasifikasi permainan
ditinjau dari beberapa sudut pandang :
1. Sumber kebahagiaan : a. Permainan aktif :
sumber kebahagiaan dari diri sendiri saat ia melakukan permainan tersebut. b.
Permainan pasif : sumber kebahagiaannya dari orang lain, contohnya mendengarkan
dongeng, menikmati musik dll.
2. Fungsinya : a.
Permainan intelegensi, misalnya : menerjemahkan sandi, puzzle, kuis Islami,
dll. b. Permainan rekreatif, misalnya : aneka permainan tepuk, shodaqoh
berantai dll.
3. Jumlah peserta. a.
perorangan : KKM (Kegitan Kreatif Mandiri) b. kelompok : jihad, bisik
berantai,dll c. massal : lingkaran sholat, elang dan induk ayam.
4. Tempat : a. out door (
di luar ruangan / kelas ) b. in door ( di dalam ruangan / kelas ).
5. Sifat permainan : a.
Kompetitif : permainan yang dilombakan. b. Konstruktif : permainan membangun.
c. Destruktif : permainan membongkar. Manfaat Permainan. Ada beberapa manfaat
yang dapat diperoleh dari kegiatan bermain, antara lain : 1. Manfaat fisik. 2.
Manfaat terapi. 3. Manfaaat edukatif 4. Manfaat kreatif. 5. Manfaat pembentukan
konsep diri. 6. Manfaat sosial. 7. Manfaat moral. Menentukan permainan sebagai
media pendidikan. Seorang pendidik / pengasuh anak-anak yang kaya akan
permainan dan kreatif akan mudah akrab dengan peserta didiknya. Namun hal ini
belum menjamin bahwa ia akan berhasil membawa peserta didiknya mencapai tujuan
pendidikan yang sempurna atau total. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk
mampu memilih media permainan yang tepat dan efektif untuk menyampaikan
pesan-pesan moral yang diinginkan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan
oleh lembaga.
Hal yang perlu
diperhatikan dan diingat dalam memilih permainan sebagai media pendidikaan
antara lain : 1. Keselarasan antara materi dengan jenis permainan. 2. Kondisi
anak didik. 3. Kondisi lingkungan 4. Kegiatan terdahulu / variasi permainan
CERITA “ Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan
Al-qur’an ini kepadamu,….”. Dari penggalan Al Qur’an surat Yusuf ayat 3 diatas,
dapatlah diambil pelajaran bahwa secara implisit Allah menyebut Al-Qur’an
dengan ‘kumpulan cerita yang paling baik’. Maksudnya dalam mengajak manusia
kedalam keimanan dan ketaatan kepada robbnya, Allah pun menggunakan metode yang
menyentuh hati nurani,yaitu cerita / kisah-kisah. Hikmah yang dapat diambil
atas sebuah cerita / peristiwa yang pernah terjadi di masa lalu adalah sungguh
merupakan pengalaman yang sangat berharga untuk kita berikhtibar atas peristiwa
itu. Allah berfirman, “faq shulshil qoshosho la’allahum yatafakkaruun.” Maka
ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (Al A’rof
176). Dengan demikian, secara khusus Allah hendak mengajarkan kepada Rosulullah
dan tentu juga kepada para pengikutnya yang setia,bahwa cerita adalah metode
tarbiyah yang paling tepat dan efektif untuk mengajar manusia berbuat baik
(akhlakul karimah) tanpa merasa digurui. Karena itulah Allah sering kali
menggunakan tamsil-tamsil, perupamaan, pelukisan-pelukisan untuk mengajar
manusia menuju ketaatan syariat, antara lain diambil dari dunia binatang dan
tumbuhan yang dilukiskan dalam Al Qur’an dengan bahasa yang indah dan
mempesona. Mengingat begitu besarnya perhatian Allah pada metode bercerita ini
tentu wajar jika terbersit pertanyaan dihati kita,mengapa metode bercerita ini
efektif sekali? Jawabnya adalah pertama, cerita umumnya lebih berkesan daripada
nasehat murni,sehingga pada kebanyakan hal, cerita yang kita dengar dimasa
kanak-kanak dulu masih bisa kita ingat dengan utuh berpuluh-puluh tahun.
Kemudian., yang kedua, melalui cerita manusia diajarkan untuk mengambil hikmah
tanpa merasa digurui. Memang harus diakui sering kali hati kita tidak merasa
nyaman bila harus dikhutbahi dengan segerobak nasihat yang berkepanjangan.
Uraian diatas menggambarkan bahwa cerita sangat erat kaitannya dengan dunia
pendidikan. Sebagai konsekwensinya kita sebagai pengasuh /pendidik anak-anak
yang sangat menggandrungi terbitnya generasi robbani dengan kesholihan amal dan
luasnya pengetahuan mereka, harus merasa ikut diperintah Allah untuk menebar
dan mengajar manusia dengan kesantunan tutur lewat cerita ini. Fungsi Cerita 1.
Sarana kontak batin antara pendidik dan anak didik. 2. Pendidikan imajinasi /
fantasi. 3. Pendidikan emosi (perasaan) anak didik. 4. Sarana pendidikan bahasa
anak didik. 5. Membantu proses identifikasi diri / perbuatan. 6. Media
penyampai pesan / nilai-nilai agama. 7. Sebagai sarana hiburan dan pencegah
kejenuhan. Klasifikasi cerita. Sebelum seseorang bercerita, terlebih dahulu ia
harus memilih / menentukan terlebih dahulu jenis cerita apa yang cocok dan
sesuai dengan obyek dakwah yang kita tangani. Pemilihan jenis cerita ini antara
lain ditentukan oleh : 1. Tingkat usia pendengar. 2. Jumlah pendengar. 3.
Tingkat heterogenitas pendengar. 4. Tujuan penyampaian materi. 5. Suasana
acara. 6. Situasi dan kondisi pendengar. Adapun pengelompokan cerita ini
ditinjau dari beberapa sudut pandang, yang secara sederhana dapat dibedakan
sebagai berikut : 1. Berdasarkan pelakunya. a. fabel ( dunia binatang dan
tumbuhan ). b. dunia manusia c. dunia benda mati d. campuran / kombinasi 2.
Berdasarkan kejadiannya. a. cerita sejarah ( tarikh ). b. Cerita fiksi ( rekaan
). c. Cerita fiksi sejarah. 3. Berdasarkan sifat dan waktu penyajiannya. a.
cerita bersambung. b. Cerita serial. c. Cerita sisipan. d. Cerita ilustrasi. e.
Cerita lepas. 4. Berdasarkan jumlah pendengar. a. cerita privat. (1) cerita
pengantar tidur. (2) Cerita lingkaran pribadi ( kelompok sangat kecil ). b.
cerita kelas. (1) kelas kecil ( s.d 20 anak ) (2) kelas besar ( s.d 20 – 40
anak ). c. cerita untuk forum terbuka. 5. Berdasarkan teknik penyajiannya. a.
direct story ( cerita lagsung / tanpa naskah ). b. Story reading ( membaca
cerita ) 6. Berdasarkan pemanfaatan peraga. a. bercerita dengan alat peraga. b.
Bercerita tanpa alat peraga. Sekali lagi, pemilihan jenis cerita diatas sangat
berpengaruh pada teknik penyajiannya. Karena setiap cerita mempunyai gaya,
teknik dan pendekatan yang berbeda-beda, oleh karenanya pemahaman yang mendalam
tentang jenis dan karakter pendengar juga sangat dibutuhkan. Untuk mencapai
keberhasilan dalam bercerita, ada dua faktor pokok yang harus diperhatikan oleh
setiap pendidik yang akan bercerita, yaitu : 1. Naskah / skenario atau
setidaknya synopsis. ( kerangka cerita ). a. dari sumber ceritayang telah ada.
(1) sumber bisa didapat dari buku cerita,komik, majalah. (2) Mengubah naskah
dari bahasa tulis ke bahasa lisan ( percakapan) (3) Penyesuaian / modifikasi
alur, setting dan bumbu cerita. (4) Melatih naskah baru berulang-ulang dalam
penyajian yang sebenarnya. b. mengarang cerita sendiri. Untuk mempermudah
menemukan ide dasar dan alur cerita, ada beberapa hal yang mungkin dapat
mambantu : (1) Pilihlah setting awal. Baik setting tempat, waktu maupun
suasana. (2) Tentukan tokoh utama dan tokoh antagonisnya (3) Munculkan konflik.
Ada 4 macam konflik : - Person against self ( dari diri sendiri ). - Person
against person ( diri sdr dengan orang lain ). - Person against society ( diri
sdr dengan masyarakat ) - Person against nature ( diri sdr dengan alam ). (4)
klimaks (puncak masalah ). (5) Penyelesaian. 2. Teknik penyajian. Bila faktor
naskah “beres”, maka faktor kedua yang akan menentukan berhasil tidaknya
seseorang dalam bercerita adalah faktor teknik penyajian. Bagaimanapun bagusnya
naskah sebuah cerita tanpa didukung dengan teknik penyajian yang sempurna /
baik, maka akan hambar / rusak juga, oleh karenanya unsur-unsur penyajian
cerita harus dikombinasikan secara proposional. Unsur-unsur itu adalah a.
Total. Artinya bersungguh - sungguh dengan mengerahkan segala kemampuan kita.
Termasuk dalam pengertian totalitas di sini adalah ketulusan dan keikhlasan
kita. b. Satukan perhatian anak. Ada beberapa cara misalnya : diajak bermain
tepuk, bernyanyi , atau Tanya jawab sekilas, lalu buatlah kesepakatan dengan
anak-anak, misalnya waktu mendengarkan cerita tidak boleh ramai sendiri, dsb.
c. Detail. Maksudnya gambarkanlah secara terinci cerita kita, diantaranya
:personifikasi tokoh-tokohnya, adegan-adegannya, dialog antar tokohnya, dsb. d.
Dramatisasi. Artinya menggambarkan perbedaan perilaku antara tokoh utama dengan
tokoh antagonos secara tajam. Inilah yang disebut dramatisasi ( menyangatkan).
Pada adegan yang memang perlu diberi penekanan, tonjolkan dengan maksimal. e.
Ekspresif. Maksudnya dalam bercerita harus penuh penghayatan. Cerita yang tidak
ekspresif akan terasa hambar, monoton, dan membosankan. Oleh karena itu kita
perlu memanfaatkan seluruh anggota tubuh kita, terutama mimik muka, tangan dan
bahu, misalnya : membelalak, melirik, marah, menyeramkan, tertawa, dsb. f.
Ilustrasi suara. Memberi ilustrasi cerita kita dengan suara-suara khusus
mempunyai efek yang bagus bagio cerita kita. Ada dua macam : (1) suara lazim:
suara yang kita tirukan sebagaimana aslinya, misal : dor !( untuk suara
tembakan), meong…(suara kucing),dsb. (2) Suara tak lazim: suara yang kita
ciptakan sendiri, misalnya : towengweng….(suara menghilang), suara angin, suara
mantra yanga aneh-aneh,dsb. g. Suspence dan humor. Cerita yang menegangkan dan
kaya akan humor biasanya lebih disukai anak-anak. Efek tegang bisa dibangun
dengan memunculkan adegan-adegan penuh kejutan, suasana sunyi,dsb. Sedang efek
humor bisa dibangun melalui dialog-dialog maupun gerakan yang lucu. h.
Frienship. Maksudnya dalam bercerita ciptakan suasana akrab dan bersahabat
dengan anak-anak. Halini bisa diusahakan dengan pengaturan tempat duduk,memberi
kesempatan kepada anak-anak untuk berkomentar, tanya jawab dsb. i. Perhatikan
situasi dan kondisi pendengar. Anak-anak yang tampaknya sudah cukup penat dan
jenuh, sebaiknya cukup diberi cerita yang ringan yang penuh canda. Cerita
serius yang sarat akan pesan sebaiknya diberikan pada anak-anak yang dalam
kondisi fresh. j. Happy ending. Akhir dari cerita dimana sang tokoh utama
mengalami kebahagiaan. Cerita yang berakhir dengan kesedihan dan kekalahan sang
tokoh utama, akan menjadikan anak-anak kecewa. Kalau tokoh utamanya dikisahkan
“terpaksa” meningggal dunia, maka gambarkanlah bahwa ia mati syahid atau
khusnul khotimah. MENYANYI Menyanyi adalah bagian yang tak terpisahkan dari
dunia anak-anak.Menyenandungkan lagu, apalagi yang berirama riang, sungguh
merupakan kegiatan yang digandrunginya. Hal ini tidaklah mengherankan, karena
lagu pada dasarnya adalah bentuk dari bahasa nada. Yaitu bentuk harmoni dari
tinggi rendahnya suara. Pada insan-insan belia yang perbendaharaan bahasa masih
cukup terbatas ini, bahasa nada justru lebih mudah mereka kunyah. Bahasa
kata-kata membuat mereka dituntut mengernyitkan dahi dan bersusah payah untuk
memahami maknanya. Sedang bahasa nada justru akan membawa mereka pada suasana :
riang, syahdu, sedih,semangat,dsb, tanpa harus mereka mengerti apa isi
kandungannya. Kita dapat saksikan bayi yang baru berusia beberapa bulan
tergelak-gelak mendengar ayah bundanya menyanyikan lagu gembira. Saat lain
iapun tertidur pulas setelah bundanya melantunkan lagu syahdu walaupun tanpa
syair, semisal ningnong ning gung…Begitulah, jauh sebelum anak-anak mengenal
bahasa kata,ia telah mengenal bahasa nada. Ketika anak-anak beranjak lebih
besar, mereka akan semakin akrab dengan lagu atau nyanyian. Asal melodinya
tidak terlalu rumit, mereka akan dengan senang hati menyanyikannya.Mereka minta
diajari menyanyi, menghafalkan syairnya, belajar melafalkan kata-kata yang
terdapat pada syair lagu itu, sibuk bergaya ketika menyanyi, dsb.Semua itu
adalah bagian dari dunia keceriaan masa kanak-kanak yang indah. Dalam kaitannya
dengan hal ini, menjadi sangat dimengerti apabila para ulama tempo dulu
menciptakan banyak lagu /tembang sebagai sarana dakwahnya. Lagu-lagu iru sampai
sekarang masih sering kita dengarkan lewat menara-menara masjid dengan lantunan
puji-pujiannya. Konon untuk menunjukkan kecintaannya pada Rosulullah SAW, para
shahabat melantunkan sholawat badar untukmenyambut kedatangan Nabi Muhammad SAW
dari perang badar yang dimenangkan kaum muslimin dengan gilang gemilang.
Bukankah sholawat badar bukan satu bentuk dari nyanyian Demikian pula ketika
nabi Muhammad SAW mengagumi lantunan suara Abu Musa Al Asy’ari membaca Al
Qur’an,bukankah lantunan suara itu bentuk dari sebuah lagu. Demikianlah menurut
fitrohnya manusia memang menyukai keindahan, dalam soal suara, manusia pasti
akan lebih menyukai nada-nada yang indah, mengandung harmoni, sehingga enak
didengar daripada mendengar suara-suara yang cenderung sumbang, tak beraturan
sehingga terasa tak nyaman di telinga. Bentuk harmoni yang indah itu kemudian
diusahakan agar dapat diulang kembali, diperdengarkan lagi, ditirukan, bahkan
disebarluaskan. Itulah yang kita kenal sebagai lagu atau nyanyian. Fungsi dan
makna nyanyian bagi pendidikan anak-anak. Melihat kegemaran anak-anak menyanyi
tentu dengan segenap tingkah lakunya, menerbitkan pertanyaan : apa sebenarnya
fungsi dan makna lagu-lagu semacam itu bagi mereka ? sebagai seorang pendidik
pertanyaan lumrah ini memang wajib kita cari jawabannya. Sebagai renungan di
bawah ini secara garis besar akan kita sebutkan apa makna dan fungsi kegiatan
bernyanyi bagi anak-anak, yaitu : 1. Sebagai pendidikan emosi 2. Pendidikan
motorik 3. Pengembangan daya imajinasi 4. Peneguhan eksistensi diri 5.
Pengembangan kemampuan berbahasa 6. Pengembangan daya intelektual 7.
Pengembangan kekayaan rohani dan pendidikan nilai-nilai moral. Mengajarkan lagu
pada anak-anak. Untuk dapat mengajarkan lagu pada anak-anak dengan baik, ustadz/
pengasuh anak-anak harus mempersiapkan dan memperhatikan 3 hal : 1. Kesiapan
materi lagu. 2. kesiapan emosi 3. Ketepatan situasi.
Perpaduan Kekuatan Bercerita dan
Bernyanyi
Bercerita punya kekuatan dalam menyampaikan pesan.
Sementara bernyanyi punya kekuatan dalam menanamkan kesan. Bagaimana jadinya
jika kedua aktivitas tersebut dipadukan?
1. Bercerita
menyampaikan pesan, bernyanyi memperkuat pesannya
2. Bercerita mengaktifkan pikiran, bernyanyi
mengasah perasaan
Bercerita dan bernyanyi bisa saling melengkapi
dalam berpikir dan merasa. Ketika otak berlogika dengan cerita, nyanyian akan
mengasah perasaan kita. Boleh dibilang, otak kiri dan otak kanan kita
diaktivasi dengan memadukan keduanya.
3. Bercerita menyentuh pemahaman, bernyanyi memperkuat
ingatan
Ketika cerita disajikan, pada saat itu pula
pendengar dibawa kepada situasi cerita yang di dalamnya punya misi penyampaian
pesan. Ketika terbawa ke dalam cerita, saat itu juga pemahaman kita dilatih.
Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan
mewahyukan Al-qur’an ini kepadamu,……..”.
Dari penggalan Al Qur’an surat Yusuf ayat 3 diatas, dapatlah diambil pelajaran
bahwa secara implisit Allah menyebut Al-Qur’an dengan ‘kumpulan cerita yang
paling baik’. Maksudnya dalam mengajak manusia kedalam keimanan dan ketaatan
kepada robbnya, Allah pun menggunakan metode yang menyentuh hati nurani,yaitu
cerita / kisah-kisah. Hikmah yang dapat diambil atas sebuah cerita / peristiwa
yang pernah terjadi di masa lalu adalah sungguh merupakan pengalaman yang
sangat berharga untuk kita berikhtibar atas peristiwa itu. Allah berfirman,
“faq shulshil qoshosho la’allahum yatafakkaruun.”
Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
( Al A’rof 176).
Dengan demikian, secara khusus Allah hendak mengajarkan kepada Rosulullah dan tentu juga kepada para pengikutnya yang setia,bahwa cerita adalah metode tarbiyah yang paling tepat dan efektif untuk mengajar manusia berbuat baik (akhlakul karimah) tanpa merasa digurui. Karena itulah Allah sering kali menggunakan tamsil-tamsil, perupamaan, pelukisan-pelukisan untuk mengajar manusia menuju ketaatan syariat, antara lain diambil dari dunia binatang dan tumbuhan yang dilukiskan dalam Al Qur’an dengan bahasa yang indah dan mempesona.
Mangingat begitu besarnya perhatian Allah pada metode bercerita ini tentu wajar jika terbersit pertanyaan dihati kita,mengapa metode bercerita ini efektif sekali? Jawabnya adalah pertama, cerita umumnya lebih berkesan daripada nasehat murni,sehingga pada kebanyakan hal, cerita yang kita dengar dimasa kanak-kanak dulu masih bisa kita ingat dengan utuh berpuluh-puluh tahun. Kemudian., yang kedua, melalui cerita manusia diajarkan untuk mengambil hikmah tanpa merasa digurui. Memang harus diakui sering kali hati kita tidak merasa nyaman bila harus dikhutbahi dengan segerobak nasihat yang berkepanjangan. Uraian diatas menggambarkan bahwa cerita sangat erat kaitannya dengan dunia pendidikan. Sebagai konsekwensinya kita sebagai pengasuh /pendidik anak-anak yang sangat menggandrungi terbitnya generasi robbani dengan kesholihan amal dan luasnya pengetahuan mereka, harus merasa ikut diperintah Allah untuk menebar dan mengajar manusia dengan kesantunan tutur lewat cerita ini.
Fungsi Cerita
1. Sarana kontak batin antara pendidik dan anak didik.
2. Pendidikan imajinasi / fantasi.
3. Pendidikan emosi (perasaan) anak didik.
4. Sarana pendidikan bahasa anak didik.
5. Membantu proses identifikasi diri / perbuatan.
6. Media penyampai pesan / nilai-nilai agama.
7. Sebagai sarana hiburan dan pencegah kejenuhan.
Klasifikasi cerita.
Sebelum seseorang bercerita, terlebih dahulu ia harus memilih / menentukan terlebih dahulu jenis cerita apa yang cocok dan sesuai dengan obyek dakwah yang kita tangani. Pemilihan jenis cerita ini antara lain ditentukan oleh :
1. Tingkat usia pendengar.
2. Jumlah pendengar.
3. Tingkat heterogenitas pendengar.
4. Tujuan penyampaian materi.
5. Suasana acara.
6. Situasi dan kondisi pendengar.
Adapun pengelompokan cerita ini ditinjau dari beberapa sudut pandang, yang secara sederhana dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Berdasarkan pelakunya.
a. fabel ( dunia binatang dan tumbuhan ).
b. dunia manusia
c. dunia benda mati
d. campuran / kombinasi
2. Berdasarkan kejadiannya.
a. cerita sejarah ( tarikh ).
b. Cerita fiksi ( rekaan ).
c. Cerita fiksi sejarah.
3. Berdasarkan sifat dan waktu penyajiannya.
a. cerita bersambung.
b. Cerita serial.
c. Cerita sisipan.
d. Cerita ilustrasi.
e. Cerita lepas.
4. Berdasarkan jumlah pendengar.
a. cerita privat.
(1) cerita pengantar tidur.
(2) Cerita lingkaran pribadi ( kelompok sangat kecil ).
b. cerita kelas.
(1) kelas kecil ( s.d 20 anak )
(2) kelas besar ( s.d 20 – 40 anak ).
c. cerita untuk forum terbuka.
5. Berdasarkan teknik penyajiannya.
a. direct story ( cerita lagsung / tanpa naskah ).
b. Story reading ( membaca cerita )
6. Berdasarkan pemanfaatan peraga.
a. bercerita dengan alat peraga.
b. Bercerita tanpa alat peraga.
Sekali lagi, pemilihan jenis cerita diatas sangat berpengaruh pada teknik penyajiannya. Karena setiap cerita mempunyai gaya, teknik dan pendekatan yang berbeda-beda, oleh karenanya pemahaman yang mendalam tentang jenis dan karakter pendengar juga sangat dibutuhkan. Untuk mencapai keberhasilan dalam bercerita, ada dua faktor pokok yang harus diperhatikan oleh setiap pendidik yang akan bercerita, yaitu :
1. Naskah / skenario atau setidaknya synopsis. ( kerangka cerita ).
a. dari sumber ceritayang telah ada.
(1) sumber bisa didapat dari buku cerita,komik, majalah.
(2) Mengubah naskah dari bahasa tulis ke bahasa lisan ( percakapan)
(3) Penyesuaian / modifikasi alur, setting dan bumbu cerita.
(4) Melatih naskah baru berulang-ulang dalam penyajian yang sebenarnya.
c. mengarang cerita sendiri.
Untuk mempermudah menemukan ide dasar dan alur cerita, ada beberapa hal yang mungkin dapat mambantu :
(1) Pilihlah setting awal.
Baik setting tempat, waktu maupun suasana.
(2) Tentukan tokoh utama dan tokoh antagonisnya
(3) Munculkan konflik.
Ada 4 macam konflik :
- Person against self ( dari diri sendiri ).
- Person against person ( diri sdr dengan orang lain ).
- Person against society ( diri sdr dengan masyarakat )
- Person against nature ( diri sdr dengan alam ).
(4) klimaks (puncak masalah ).
(5) Penyelesaian.
2. Teknik penyajian.
Bila faktor naskah “beres”, maka faktor kedua yang akan menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam bercerita adalah faktor teknik penyajian. Bagaimanapun bagusnya naskah sebuah cerita tanpa didukung dengan teknik penyajian yang sempurna / baik, maka akan hambar / rusak juga, oleh karenanya unsur-unsur penyajian cerita harus dikombinasikan secara proposional. Unsur-unsur itu adalah
a. Total.
Artinya bersungguh - sungguh dengan mengerahkan segala kemampuan kita. Termasuk dalam pengertian totalitas di sini adalah ketulusan dan keikhlasan kita.
b. Satukan perhatian anak.
Ada beberapa cara misalnya : diajak bermain tepuk, bernyanyi , atau Tanya jawab sekilas, lalu buatlah kesepakatan dengan anak-anak, misalnya waktu mendengarkan cerita tidak boleh ramai sendiri, dsb.
c. Detail.
Maksudnya gambarkanlah secara terinci cerita kita, diantaranya :personifikasi tokoh-tokohnya, adegan-adegannya, dialog antar tokohnya, dsb.
d. Dramatisasi.
Artinya menggambarkan perbedaan perilaku antara tokoh utama dengan tokoh antagonos secara tajam. Inilah yang disebut dramatisasi ( menyangatkan). Pada adegan yang memang perlu diberi penekanan, tonjolkan dengan maksimal.
e. Ekspresif.
Maksudnya dalam bercerita harus penuh penghayatan. Cerita yang tidak ekspresif akan terasa hambar, monoton, dan membosankan. Oleh karena itu kita perlu memanfaatkan seluruh anggota tubuh kita, terutama mimik muka, tangan dan bahu, misalnya : membelalak, melirik, marah, menyeramkan, tertawa, dsb.
f. Ilustrasi suara.
Memberi ilustrasi cerita kita dengan suara-suara khusus mempunyai efek yang bagus bagio cerita kita. Ada dua macam :
(1) suara lazim: suara yang kita tirukan sebagaimana aslinya, misal : dor !( untuk suara tembakan), meong…(suara kucing),dsb.
(2) Suara tak lazim: suara yang kita ciptakan sendiri, misalnya : towengweng….(suara menghilang), suara angin, suara mantra yanga aneh-aneh,dsb.
g. Suspence dan humor.
Cerita yang menegangkan dan kaya akan humor biasanya lebih disukai anak-anak. Efek tegang bisa dibangun dengan memunculkan adegan-adegan penuh kejutan, suasana sunyi,dsb. Sedang efek humor bisa dibangun melalui dialog-dialog maupun gerakan yang lucu.
h. Frienship.
Maksudnya dalam bercerita ciptakan suasana akrab dan bersahabat dengan anak-anak. Halini bisa diusahakan dengan pengaturan tempat duduk,memberi kesempatan kepada anak-anak untuk berkomentar, tanya jawab dsb.
i. Perhatikan situasi dan kondisi pendengar.
Anak-anak yang tampaknya sudah cukup penat dan jenuh, sebaiknya cukup diberi cerita yang ringan yang penuh canda. Cerita serius yang sarat akan pesan sebaiknya diberikan pada anak-anak yang dalam kondisi fresh.
j. Happy ending.
Akhir dari cerita dimana sang tokoh utama mengalami kebahagiaan. Cerita yang berakhir dengan kesedihan dan kekalahan sang tokoh utama, akan menjadikan anak-anak kecewa. Kalau tokoh utamanya dikisahkan “terpaksa” meningggal dunia, maka gambarkanlah bahwa ia mati syahid atau khusnul khotimah.
MENYANYI
Menyanyi adalah bagian yang tak terpisahkan dari dunia anak-anak.Menyenandungkan lagu, apalagi yang berirama riang, sungguh merupakan kegiatan yang digandrunginya. Hal ini tidaklah mengherankan, karena lagu pada dasarnya adalah bentuk dari bahasa nada. Yaitu bentuk harmoni dari tinggi rendahnya suara. Pada insan-insan belia yang perbendaharaan bahasa masih cukup terbatas ini, bahasa nada justru lebih mudah mereka kunyah. Bahasa kata-kata membuat mereka dituntut mengernyitkan dahi dan bersusah payah untuk memahami maknanya. Sedang bahasa nada justru akan membawa mereka pada suasana : riang, syahdu, sedih,semangat,dsb, tanpa harus mereka mengerti apa isi kandungannya. Kita dapat saksikan bayi yang baru berusia beberapa bulan tergelak-gelak mendengar ayah bundanya menyanyikan lagu gembira. Saat lain iapun tertidur pulas setelah bundanya melantunkan lagu syahdu walaupun tanpa syair, semisal ningnong ning gung…Begitulah, jauh sebelum anak-anak mengenal bahasa kata,ia telah mengenal bahasa nada.
Ketika anak-anak beranjak lebih besar, mereka akan semakin akrab dengan lagu atau nyanyian. Asal melodinya tidak terlalu rumit, mereka akan dengan senang hati menyanyikannya.Mereka minta diajari menyanyi, menghafalkan syairnya, belajar melafalkan kata-kata yang terdapat pada syair lagu itu, sibuk bergaya ketika menyanyi, dsb.Semua itu adalah bagian dari dunia keceriaan masa kanak-kanak yang indah. Dalam kaitannya dengan hal ini, menjadi sangat dimengerti apabila para ulama tempo dulu menciptakan banyak lagu /tembang sebagai sarana dakwahnya. Lagu-lagu iru sampai sekarang masih sering kita dengarkan lewat menara-menara masjid dengan lantunan puji-pujiannya. Konon untuk menunjukkan kecintaannya pada rosulullah, para shahabat melantunkan sholawat badar untukmenyambut kedatangan Nabi Muhammad SAW dari perang badar yang dimenangkan kaum muslimin dengan gilang gemilang. Bukankah sholawat badar bukan satu bentuk dari nyanyian Demikian pula ketika nabi Muhammad SAW mengagumi lantunan suara Abu Musa Al Asy’ari membaca Al Qur’an,bukankah lantunan suara itu bentuk dari sebuah lagu.
Demikianlah menurut fitrohnya manusia memang menyukai keindahan, dalam soal suara, manusia pasti akan lebih menyukai nada-nada yang indah, mengandung harmoni, sehingga enak didengar daripada mendengar suara-suara yang cenderung sumbang, tak beraturan sehingga terasa tak nyaman di telinga. Bentuk harmoni yang indah itu kemudian diusahakan agar dapat diulang kembali, diperdengarkan lagi, ditirukan, bahkan disebarluaskan. Itulah yang kita kenal sebagai lagu atau nyanyian.
Fungsi dan makna nyanyian bagi pendidikan anak-anak.
Melihat kegemaran anak-anak menyanyi tentu dengan segenap tingkah lakunya, menerbitkan pertanyaan : apa sebenarnya fungsi dan makna lagu-lagu semacam itu bagi mereka ? sebagai seorang pendidik pertanyaan lumrah ini memang wajib kita cari jawabannya. Sebagai renungan di bawah ini secara garis besar akan kita sebutkan apa makna dan fungsi kegiatan bernyanyi bagi anak-anak, yaitu :
1. Sebagai pendidikan emosi
2. Pendidikan motorik
3. Pengembangan daya imajinasi
4. Peneguhan eksistensi diri
5. Pengembangan kemampuan berbahasa
6. Pengembangan daya intelektual
7. Pengembangan kekayaan rohani dan pendidikan nilai-nilai moral.
Mengajarkan lagu pada anak-anak.
Untuk dapat mengajarkan lagu pada anak-anak dengan baik, ustadz/ pengasuh anak-anak harus mempersiapkan dan memperhatikan 3 hal :
1. Kesiapan materi lagu.
2. kesiapan emosi
3. Ketepatan situasi.
“faq shulshil qoshosho la’allahum yatafakkaruun.”
Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
( Al A’rof 176).
Dengan demikian, secara khusus Allah hendak mengajarkan kepada Rosulullah dan tentu juga kepada para pengikutnya yang setia,bahwa cerita adalah metode tarbiyah yang paling tepat dan efektif untuk mengajar manusia berbuat baik (akhlakul karimah) tanpa merasa digurui. Karena itulah Allah sering kali menggunakan tamsil-tamsil, perupamaan, pelukisan-pelukisan untuk mengajar manusia menuju ketaatan syariat, antara lain diambil dari dunia binatang dan tumbuhan yang dilukiskan dalam Al Qur’an dengan bahasa yang indah dan mempesona.
Mangingat begitu besarnya perhatian Allah pada metode bercerita ini tentu wajar jika terbersit pertanyaan dihati kita,mengapa metode bercerita ini efektif sekali? Jawabnya adalah pertama, cerita umumnya lebih berkesan daripada nasehat murni,sehingga pada kebanyakan hal, cerita yang kita dengar dimasa kanak-kanak dulu masih bisa kita ingat dengan utuh berpuluh-puluh tahun. Kemudian., yang kedua, melalui cerita manusia diajarkan untuk mengambil hikmah tanpa merasa digurui. Memang harus diakui sering kali hati kita tidak merasa nyaman bila harus dikhutbahi dengan segerobak nasihat yang berkepanjangan. Uraian diatas menggambarkan bahwa cerita sangat erat kaitannya dengan dunia pendidikan. Sebagai konsekwensinya kita sebagai pengasuh /pendidik anak-anak yang sangat menggandrungi terbitnya generasi robbani dengan kesholihan amal dan luasnya pengetahuan mereka, harus merasa ikut diperintah Allah untuk menebar dan mengajar manusia dengan kesantunan tutur lewat cerita ini.
Fungsi Cerita
1. Sarana kontak batin antara pendidik dan anak didik.
2. Pendidikan imajinasi / fantasi.
3. Pendidikan emosi (perasaan) anak didik.
4. Sarana pendidikan bahasa anak didik.
5. Membantu proses identifikasi diri / perbuatan.
6. Media penyampai pesan / nilai-nilai agama.
7. Sebagai sarana hiburan dan pencegah kejenuhan.
Klasifikasi cerita.
Sebelum seseorang bercerita, terlebih dahulu ia harus memilih / menentukan terlebih dahulu jenis cerita apa yang cocok dan sesuai dengan obyek dakwah yang kita tangani. Pemilihan jenis cerita ini antara lain ditentukan oleh :
1. Tingkat usia pendengar.
2. Jumlah pendengar.
3. Tingkat heterogenitas pendengar.
4. Tujuan penyampaian materi.
5. Suasana acara.
6. Situasi dan kondisi pendengar.
Adapun pengelompokan cerita ini ditinjau dari beberapa sudut pandang, yang secara sederhana dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Berdasarkan pelakunya.
a. fabel ( dunia binatang dan tumbuhan ).
b. dunia manusia
c. dunia benda mati
d. campuran / kombinasi
2. Berdasarkan kejadiannya.
a. cerita sejarah ( tarikh ).
b. Cerita fiksi ( rekaan ).
c. Cerita fiksi sejarah.
3. Berdasarkan sifat dan waktu penyajiannya.
a. cerita bersambung.
b. Cerita serial.
c. Cerita sisipan.
d. Cerita ilustrasi.
e. Cerita lepas.
4. Berdasarkan jumlah pendengar.
a. cerita privat.
(1) cerita pengantar tidur.
(2) Cerita lingkaran pribadi ( kelompok sangat kecil ).
b. cerita kelas.
(1) kelas kecil ( s.d 20 anak )
(2) kelas besar ( s.d 20 – 40 anak ).
c. cerita untuk forum terbuka.
5. Berdasarkan teknik penyajiannya.
a. direct story ( cerita lagsung / tanpa naskah ).
b. Story reading ( membaca cerita )
6. Berdasarkan pemanfaatan peraga.
a. bercerita dengan alat peraga.
b. Bercerita tanpa alat peraga.
Sekali lagi, pemilihan jenis cerita diatas sangat berpengaruh pada teknik penyajiannya. Karena setiap cerita mempunyai gaya, teknik dan pendekatan yang berbeda-beda, oleh karenanya pemahaman yang mendalam tentang jenis dan karakter pendengar juga sangat dibutuhkan. Untuk mencapai keberhasilan dalam bercerita, ada dua faktor pokok yang harus diperhatikan oleh setiap pendidik yang akan bercerita, yaitu :
1. Naskah / skenario atau setidaknya synopsis. ( kerangka cerita ).
a. dari sumber ceritayang telah ada.
(1) sumber bisa didapat dari buku cerita,komik, majalah.
(2) Mengubah naskah dari bahasa tulis ke bahasa lisan ( percakapan)
(3) Penyesuaian / modifikasi alur, setting dan bumbu cerita.
(4) Melatih naskah baru berulang-ulang dalam penyajian yang sebenarnya.
c. mengarang cerita sendiri.
Untuk mempermudah menemukan ide dasar dan alur cerita, ada beberapa hal yang mungkin dapat mambantu :
(1) Pilihlah setting awal.
Baik setting tempat, waktu maupun suasana.
(2) Tentukan tokoh utama dan tokoh antagonisnya
(3) Munculkan konflik.
Ada 4 macam konflik :
- Person against self ( dari diri sendiri ).
- Person against person ( diri sdr dengan orang lain ).
- Person against society ( diri sdr dengan masyarakat )
- Person against nature ( diri sdr dengan alam ).
(4) klimaks (puncak masalah ).
(5) Penyelesaian.
2. Teknik penyajian.
Bila faktor naskah “beres”, maka faktor kedua yang akan menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam bercerita adalah faktor teknik penyajian. Bagaimanapun bagusnya naskah sebuah cerita tanpa didukung dengan teknik penyajian yang sempurna / baik, maka akan hambar / rusak juga, oleh karenanya unsur-unsur penyajian cerita harus dikombinasikan secara proposional. Unsur-unsur itu adalah
a. Total.
Artinya bersungguh - sungguh dengan mengerahkan segala kemampuan kita. Termasuk dalam pengertian totalitas di sini adalah ketulusan dan keikhlasan kita.
b. Satukan perhatian anak.
Ada beberapa cara misalnya : diajak bermain tepuk, bernyanyi , atau Tanya jawab sekilas, lalu buatlah kesepakatan dengan anak-anak, misalnya waktu mendengarkan cerita tidak boleh ramai sendiri, dsb.
c. Detail.
Maksudnya gambarkanlah secara terinci cerita kita, diantaranya :personifikasi tokoh-tokohnya, adegan-adegannya, dialog antar tokohnya, dsb.
d. Dramatisasi.
Artinya menggambarkan perbedaan perilaku antara tokoh utama dengan tokoh antagonos secara tajam. Inilah yang disebut dramatisasi ( menyangatkan). Pada adegan yang memang perlu diberi penekanan, tonjolkan dengan maksimal.
e. Ekspresif.
Maksudnya dalam bercerita harus penuh penghayatan. Cerita yang tidak ekspresif akan terasa hambar, monoton, dan membosankan. Oleh karena itu kita perlu memanfaatkan seluruh anggota tubuh kita, terutama mimik muka, tangan dan bahu, misalnya : membelalak, melirik, marah, menyeramkan, tertawa, dsb.
f. Ilustrasi suara.
Memberi ilustrasi cerita kita dengan suara-suara khusus mempunyai efek yang bagus bagio cerita kita. Ada dua macam :
(1) suara lazim: suara yang kita tirukan sebagaimana aslinya, misal : dor !( untuk suara tembakan), meong…(suara kucing),dsb.
(2) Suara tak lazim: suara yang kita ciptakan sendiri, misalnya : towengweng….(suara menghilang), suara angin, suara mantra yanga aneh-aneh,dsb.
g. Suspence dan humor.
Cerita yang menegangkan dan kaya akan humor biasanya lebih disukai anak-anak. Efek tegang bisa dibangun dengan memunculkan adegan-adegan penuh kejutan, suasana sunyi,dsb. Sedang efek humor bisa dibangun melalui dialog-dialog maupun gerakan yang lucu.
h. Frienship.
Maksudnya dalam bercerita ciptakan suasana akrab dan bersahabat dengan anak-anak. Halini bisa diusahakan dengan pengaturan tempat duduk,memberi kesempatan kepada anak-anak untuk berkomentar, tanya jawab dsb.
i. Perhatikan situasi dan kondisi pendengar.
Anak-anak yang tampaknya sudah cukup penat dan jenuh, sebaiknya cukup diberi cerita yang ringan yang penuh canda. Cerita serius yang sarat akan pesan sebaiknya diberikan pada anak-anak yang dalam kondisi fresh.
j. Happy ending.
Akhir dari cerita dimana sang tokoh utama mengalami kebahagiaan. Cerita yang berakhir dengan kesedihan dan kekalahan sang tokoh utama, akan menjadikan anak-anak kecewa. Kalau tokoh utamanya dikisahkan “terpaksa” meningggal dunia, maka gambarkanlah bahwa ia mati syahid atau khusnul khotimah.
MENYANYI
Menyanyi adalah bagian yang tak terpisahkan dari dunia anak-anak.Menyenandungkan lagu, apalagi yang berirama riang, sungguh merupakan kegiatan yang digandrunginya. Hal ini tidaklah mengherankan, karena lagu pada dasarnya adalah bentuk dari bahasa nada. Yaitu bentuk harmoni dari tinggi rendahnya suara. Pada insan-insan belia yang perbendaharaan bahasa masih cukup terbatas ini, bahasa nada justru lebih mudah mereka kunyah. Bahasa kata-kata membuat mereka dituntut mengernyitkan dahi dan bersusah payah untuk memahami maknanya. Sedang bahasa nada justru akan membawa mereka pada suasana : riang, syahdu, sedih,semangat,dsb, tanpa harus mereka mengerti apa isi kandungannya. Kita dapat saksikan bayi yang baru berusia beberapa bulan tergelak-gelak mendengar ayah bundanya menyanyikan lagu gembira. Saat lain iapun tertidur pulas setelah bundanya melantunkan lagu syahdu walaupun tanpa syair, semisal ningnong ning gung…Begitulah, jauh sebelum anak-anak mengenal bahasa kata,ia telah mengenal bahasa nada.
Ketika anak-anak beranjak lebih besar, mereka akan semakin akrab dengan lagu atau nyanyian. Asal melodinya tidak terlalu rumit, mereka akan dengan senang hati menyanyikannya.Mereka minta diajari menyanyi, menghafalkan syairnya, belajar melafalkan kata-kata yang terdapat pada syair lagu itu, sibuk bergaya ketika menyanyi, dsb.Semua itu adalah bagian dari dunia keceriaan masa kanak-kanak yang indah. Dalam kaitannya dengan hal ini, menjadi sangat dimengerti apabila para ulama tempo dulu menciptakan banyak lagu /tembang sebagai sarana dakwahnya. Lagu-lagu iru sampai sekarang masih sering kita dengarkan lewat menara-menara masjid dengan lantunan puji-pujiannya. Konon untuk menunjukkan kecintaannya pada rosulullah, para shahabat melantunkan sholawat badar untukmenyambut kedatangan Nabi Muhammad SAW dari perang badar yang dimenangkan kaum muslimin dengan gilang gemilang. Bukankah sholawat badar bukan satu bentuk dari nyanyian Demikian pula ketika nabi Muhammad SAW mengagumi lantunan suara Abu Musa Al Asy’ari membaca Al Qur’an,bukankah lantunan suara itu bentuk dari sebuah lagu.
Demikianlah menurut fitrohnya manusia memang menyukai keindahan, dalam soal suara, manusia pasti akan lebih menyukai nada-nada yang indah, mengandung harmoni, sehingga enak didengar daripada mendengar suara-suara yang cenderung sumbang, tak beraturan sehingga terasa tak nyaman di telinga. Bentuk harmoni yang indah itu kemudian diusahakan agar dapat diulang kembali, diperdengarkan lagi, ditirukan, bahkan disebarluaskan. Itulah yang kita kenal sebagai lagu atau nyanyian.
Fungsi dan makna nyanyian bagi pendidikan anak-anak.
Melihat kegemaran anak-anak menyanyi tentu dengan segenap tingkah lakunya, menerbitkan pertanyaan : apa sebenarnya fungsi dan makna lagu-lagu semacam itu bagi mereka ? sebagai seorang pendidik pertanyaan lumrah ini memang wajib kita cari jawabannya. Sebagai renungan di bawah ini secara garis besar akan kita sebutkan apa makna dan fungsi kegiatan bernyanyi bagi anak-anak, yaitu :
1. Sebagai pendidikan emosi
2. Pendidikan motorik
3. Pengembangan daya imajinasi
4. Peneguhan eksistensi diri
5. Pengembangan kemampuan berbahasa
6. Pengembangan daya intelektual
7. Pengembangan kekayaan rohani dan pendidikan nilai-nilai moral.
Mengajarkan lagu pada anak-anak.
Untuk dapat mengajarkan lagu pada anak-anak dengan baik, ustadz/ pengasuh anak-anak harus mempersiapkan dan memperhatikan 3 hal :
1. Kesiapan materi lagu.
2. kesiapan emosi
3. Ketepatan situasi.
MACAM-MACAM TEPUK ISLAM DAN LAGU
SANTRI TPA
1. AMAL APA ( Lagu : Sedang apa )
Amal apa. Amal apa, yang disukai Allah Bersholatlah, bersholatlah, tepat pada
waktunya Apa lagi, apa lagi, yang disukai Allah Berbaktilah, berbaktilah pada
ibu dan ayah Apa lagi, apa lagi yang disukai Allah Sholawatlah, sholawatlah
pada Nabi Muhammad Apa lagi, apa lagi yang disukai Allah Berjuanglah,
berjuanglah, berjuang di jalan Allah
2. MARI-MARILAH SHOLAT ( Lagu :
Naik-naik ke puncak ) Sayang-sayang adikku sayang Mari-marilah sholat Satu hari
lima kali sujud pada Illahi Satu hari lima kali sujud pada Illahi Mari-mari,
marilah sholat Lima kali sehari Subuh Dhuhur Asar Maghrib Isya’ kembali ke
Shubuh lagi Subuh Dhuhur Asar Maghrib Isya’ kembali ke Shubuh lagi
3. IKRAR KITA (Lagu : Bintang
Kecil ) Tuhan kita, Allahu Ar Rohim Nabi kita, Muhammad Al Amin Kitab kita, Al
Qur’anul Karim Teman kita, sesama muslimin
4. SANTRI KECIL (Lagu : Bintang Kecil ) Santri kecil di masjid yang indah
Bawa Qur’an dan bawa sajadah Rajin ngaji dan rajin ngibadah Pakai peci dan
busana muslimah Santri kecil TPA MTA Bawa Qiro’aty dan AL Qur’an Rajin sholat
dan rajin mengaji Sayang kawan tak suka bermusuhan
5. AGAMAKU ISLAM ( Lagu : Topi saya bundar ) Agamaku Islam, Islam agamaku
Kalau bukan Islam, bukan agamaku Tuhan saya Allah, Allah Tuhan saya Kalau bukan
Allah, bukan Tuhan saya Tuhan saya satu, satu Tuhan saya Kalau tidak satu,
bukan Tuhan saya 6. RUKUN ISLAM ( Lagu : Balonku ada lima ) Rukun Islam
yang lima Syahadat, sholat, puasa Zakat untuk si papa haji bagi yang kuasa
Siapa yang tak sholat ( nar ….. ) Siapa yang belum zakat Kan rugi di akhirat
Allah pasti melaknat
7. ALLAH MAHA ESA ( Lagu : Balonku ada lima ) Allah yang Maha Esa Pemurah
dan Pencipta Tempat hamaba meminta Memuji dan berdoa Beriman dan berakal Untuk
bekal hidupku Ikhtiyar dan tawakal Itulah usahaku
8. TUHAN HANYA SATU ( Lagu : Balonku ada lima ) Tuhanku hanya satu
Tiada bersekutu Dia tidak berputra Tidak pula berbapa Siapa bilang tiga door !
Itu musyrik namanya Orang seperti dia Nerakalah tempatnya
9. SHOLAT DAN ZAKAT ( Lagu : Panjang
umurnya ) Sholat bersama, sholat bersama Sholat bersama lebih mulia Lebih
mulia, lebih mulia Membayar zakat, membayar zakat Membayar zakat juga utama
Juga utama, juga utama Rajin mengaji, rajin mengaji Rajin mengaji juga mulia
Juga utama, juga utama
10. MARI MENGAJI ( Lagu : Naik
delman ) Tiap sore hari ku rajin dating mengaji Dengan kawan-kawan, tuk jadi
anak terpuji Di samping mengaji, diajar pula menyanyi Agar hati ini selalu
dekat Illahi Yo kawan-kawan, marilah kita mengaji Yo kawan-kawan, marolah kita
mengaji
11. ALLAH MAHA ESA ( Lagu : Burung kakak tua ) Allah Maha Esa, Allah Maha
Kaya Allah Maha Sayang, Allah Maha Kuasa Allah, Allah, Allahu akbar Allah,
Allah, Allahu akbar Allah, Allah, Allahu akbar Allah Maha Besar Allah Maha
Besar, Allah Maha Kekal Allah Maha Esa, Allah yang sempurna Allah, Allah,
Allahu akbar Allah, Allah, Allahu akbar Allah, Allah, Allahu akbar Allah Maha
Besar
12. SANTRI TPA ( Lagu : Warung pojok ) Hijau muda seragamnya ( menawan )
Pakai jilbab di kepala ( cantiknya ) Qiro’aty bawaannya Cinta Al Qur’an
orangnya Aduh gantengnya, aduh cantiknya Aduh anggunnya, baik budi pekertinya
13. MARI SHOLAT ( Lagu : Gelang sipatu gelang ) Sholat, marilah
sholat Mari sholat bersama-sama Barang siapa yang tidak sholat Yang tidak
sholat mendapat siksa
14. CARA WUDLU ( Lagu : Naik-naik ke puncak ) Mari kawan kita belajar Cara
wudlu yang benar Yang pertama baca basmalah Dua basuh telapak tangan Yang
ketiga berkumur-kumur Sambil membasuh lubang hidung Yang keempat membasuh muka
Lalu membasuh tangan Dahulukan tangan yang kanan Baru tangan yang kiri Usap
kepala langsung telinga Cukup sekali saja Yang kelima membasuh kaki Hingga ke
mata kaki Dahulukan kaki yang kanan Baru kaki yang kiri Jangan lupakan baca
syahadat Agar wudlu sempurna
15. JALAN MASUK SYURGA ( Lagu : Satu-satu ) Satu-satu aku cinta Allah
Dua-dua cinta Rasulullah Tiga-tiga cinta orang tua Satu, dua, tiga jalan masuk
syurga
16. RUKUN IMAN ( Lagu : Satu-satu ) Rukun iman enam perkara Yang pertama
iman kepada Allah Yang kedua Malaikat-Nya Yang ketiga Rasul-rasul-Nya Yang
keempat Kitab-kitab-Nya Yang kelima hari Qiamat Yang keenam Qodho dan Qodhar
Semua datang dari Allah 2X
17. 25 RASUL ( Lagu : Sorak-sorak bergembira ) Adam, Idris, Nuh, Hud,
Sholeh Ibrahim, Luth, Ismail Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayyub Syu’aib, Harun, Musa
Dzulkifli, Daud, Sulaiman Ilyas, Ilyasa, Yunus Zakaria, Yahya, Isa Muhammad
Nabi kita
18. KITAB AL QURAN (Lagu : Layang-layang ) Ku ambil kita Al Qur’an Ku baca
dan kuartikan Ku simak dan ku renungkan dengan tenang Ku jadikan pedoman
Berlatih berlatih Berlatih membaca Al Qur’an Berlatih dan ku ajak kawan-kawan
Hati gembira dan senang
19. MUHAMMAD RASULULLAH ( Lagu : Apuse ) Muhammad Rasulullah Penutup Nabi
dan Rasul Sebagai rahmad bagi alam raya Muhammad Rasulullah Pemimpin di akhir
zaman Sholawat serta salam kami untukmu Ya Muhammad, Rasulullah Ya Muhammad,
hamba Allah Muhammad Rasulullah Teladan bagi ummatnya Al Qur’an firman Allah
pedomannya Muhammad Rasulullah Jasamu amatlah besar Mari kita teruskan
ajarannya
20. RUKUN ISLAM ( Lagu : Siapa suka hati ) Katakan rukun Islam yang pertama
( Syahadat ) Katakan rukun Islam yang kedua ( Sholat ) Ketiganya puasa, keempat
membayar zakat Kelima pergi haji naik pesawat wus… wus…
21. DISINI ISLAM DISANA ISLAM ( Lagu : Disini senang di sana senang )
Disini Islam disana Islam Dimanapun aku tetap Islam Sekarang Islam, besokpun
Islam Sampai matipun ku tetap Islam Dimanapun tetap Islam, Islam jaya dimanapun
Tetap Islam, Islam jaya dimanapun
22. I Q R O ( Lagu : Disini senang di sana senang ) Disini Iqro’ disana
Iqro’ Dimana-mana bacalah Iqro’ Di sekolah baca, di rumah baca Di mana-mana
bacalah Iqro’ خَ حَ جَ ثَ تَ بَ اَ صَ شَ سَ زَ
رَ ذَ دَ قَ فَ غَ عَ ظَ طَ ضَ يَ ءَ هَ وَ نَ مَ لَ كَ 23. SANTRI KECIL (
Lagu : Pelangi koes plus ) Kulihat santri kecil di sore hari Ia rajin mengaji
sambil bernyanyi Santri kecil-santri kecil Rajin-rajinlah mengaji Mengabdi pada
Illahi Untuk bekal hari nanti
24. SUARA ADZAN (Lagu : Kring-kring-kring ada sepeda) Terdengar suara
adzan, Tanda panggilan sholat Tundalah kegiatan, Marilah beribadat Dengar
seruan qomat, Sholatkan dimulai Khusyu’ waktu ibadah Ikhlas di dalam hati
25. AL QURAN (Lagu : Soleram) Al Qur’an, Al Qur’an Al Qur’an firman Tuhan
Kitab suci menjadi pedoman kawan Pelajari serta diamalkan Kitab suci menjadi
pedoman kawan Pelajari serta diamalkan
26. MARI KITA SHOLAT ( Lagu :
Matahari terbenam ) Ayo kawan semua, mari kita sholat Tinggalkan permainan,
kerjakan ibadah Ayo … ayo…. ayo mari kita sholat Ayo … ayo … ayo kerjakan
ibadah
27. PERGI MENGAJI ( Lagu : Matahari terbenam ) Menjelang sore hari, ku
pergi mengaji Kubawa Qiro’aty, dengan senang hati Ayo…ayo… ayo kita mengaji
Ayo…ayo… ayo kita mengaji 28. LIHAT AKU ( Lagu : Lihat kebunku ) Lihatlah aku
anak yang pintar Riang selalu dan rajin belajar Setiap hari ku ngaji Qur’an
Bersama teman Di TPA MTA
29. WAKTU DAN REKAAT SHOLAT (Lagu :
Bangun tidur) Sholat Shubuh di pagi hari Sholat Dhuhur di siang hari Sholat
Asar di sore hari Maghrib, Isya’ di malam hari Sholat Subuh dua rekaat Dhuhur
‘Asar empat rekaat Sholat Maghrib tiga rekaat Sholat Isya’ empat rekaat 30. MENGAJI
AL QUR AN (Lagu : Heli anjing kecil) Mari mengaji Al Qur’an Dengan ustadz
ustadah Ikuti dan perhatikan Jangan banyak bercanda Ingat, Hei teman Hormati Al
Qur’an Ayo, hei teman Kita mengamalkan 31. AKU ANAK ISLAM (Lagu : Aku anak
sehat) Aku anak Islam rajin sembahyang Karena bimbingan ibu tersayang Semenjak
aku kecil, slalu ikut mengaji Sehingga mengerti ajaran Ilahi Senang hati ibu melihat
aku Tak lupa mengaji setiap waktu Bila aku belajar ibu slalu ihtiar
Membimbingku belajar jadi anak yang pintar 32. MASUK PENGAJIAN (Lagu : Lagi
bilaman) Ayo, kawan-kawan kita bergandeng tangan Besama-sama masuk ke pengajian
Ayo, ayo , ayo Ayo, ayo, ayo Bawa Qiro’aty dan Al Qur’an Jangan sampai
ketinggalan Duduk tertib mendengarkan 33. CINTA ISLAM ( Lagu : Desaku) Islamku
yang kucinta Kujaga selalu Membuat ku bahagia Dan ingin menyatu Tak akan
kulupakan Tak akan bercerai Selalu kudambakan Islamku yang damai 34. NGAJI
SAMA-SAMA ( Lagu : Cublak-cublak suweng ) Ngaji sama-sama, yang ramai tidak
bisa Yang ngantuk tidak dengar, yang nganggu tak disuka Bismillah ayo ngaji,
bismillah ayo ngaji Ayo-ayo ngaji, ngajine sing tenanan Ora pareng gojegan
Lungguhe anteng-antengan Sing rame kancane syetan Bismillah ayo ngaji,
bismillah ayo ngaji 35. SIAPA TAHU ( Lagu :Nama-nama rasa ) Siapa tahu nama
Tuhan kita Allah Allah Allah Azawajala Siapa tahu nama Nabi kita Muhammad
shalallahu ‘alaihi wassalam Cobalah katakan apa kitab kita Alqur’an namanya
Sesama muslim itu teman kita Kalau musuh kita adalah setan 36. MENUNTUT ILMU (
Lagu : Bebek-bebekku ) Teman-temanku, mari-kemari Ikutlah aku menuntut ilmu
Disana kita ngaji bersama Tuk bekal hidup nanti diakhiratnya Yo ikut, yo ikut
ngaji bersama Belajar Al Qur’an dengan gembira 37. ARTI TPA DAN MTA (Lagu : Apa
guna keluh kesah) Apa artinya TPA Apa artinya TPA Taman Pendidikan Al-Qur’an
Itu artinya TPA Apa artinya MTA Apa artinya MTA Itu Majlis Tafsir Al-Qur’an Itu
artinya MTA 38. ALLAH TUJUAN KITA (Lagu : Semut-semut kecil) + Wahai
santri-santri Ustadz mau tanya Siapa Tuhanmu, siapa Nabimu, dan apa kitabmu ? =
Ustadz baik hati Kami kan menjawab Allah Tuhanku, Muhammad Nabiku, Al Qur’an
kitabku Alhamdulillah kalian tahu Alhamdulillah kalo begitu + Wahai
santri-santri Ustadz tanya lagi Siapa temanmu, siapa musuhmu, harus bagaimana ?
= Ustadz baik hati Kami kan menjawab Muslim temanku, Syetan musuhku wajib
dijauhi Allah ta’ala tujuan kita Nabi Muhammad teladan kita Al Qur’an karim, pedoman
kita Iman dan taqwa bekal utama La la la la la la la la la 2x La la la la la la
la la la 2x 39. MASYITHOH Wahai Masyithoh putrid Islam yang mulia Imannya teguh
pada Allah Taala Fir’aun tahu serta marah kepadanya Lalu disiksa dengan kejam
tak terkira Masyithoh sholeh diberi hukuman yang mengerikan Tak gentar dengan
rela hati Allahu Akbar 2x 40. SATRI KECIL Santri-santri kecil dari TPA MTA Bawa
Qiroaty juga bawa Al Qur’an Bermain bernyanyi mengaji bersama Berseragam indah
bagai kupu-kupu syurga 41. SHOLAT WAJIB Tak lupa tugasku setiap hari Sembahyang
wajibku yang lima kali Shubuh Dhuhur ‘Ashar Maghrib dan Isya’ Tak mungkin aku
lupakan slama-lamanya 42. SYAHADAT Asyhadu alla illaha illa Allah Waasyhadu
anna Muhammadar rasulullah Saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah Dan saya
bersaksi Muhammad utusan Allah 43. CIPTAAN ALLAH Bila kupandang langit dan bumi
Alam semesta ini Semua ciptaan yang Esa Ya ….. Allah Firman-Mu bagai sinar yang
terang Menuju kebenaran Jauhkan aku dari siksaan Ya ….. Allah Pengasih dan
penyayang Pada semua insane Memuji selalu nama-Mu Allah, Allah, Allah 44.
ANGGOTA BADAN Kita hafalkan bersama Nama-nama anggota badan Dalam bahasa Arab
Kepala rokshun, rambut sya’run Kening jabkhotun, mata ‘ainun Hidung anfun,
telinga udzunun Dada shodrun, leher unuqun Famun mulut, shofkhotun bibir Sinun
gigi, lisanun lidah Bagnun perut, rijlun kaki Yadun tangan, ashobiun jari-jari
45. BULAN HIJRIAH Mari kawan semua, kita menghafalkan Dua belas nama bulan
dalam tahun Hijriayah Satu Muharrom, kedua Shafar Taga Robiul awal, empat
Rabiul tsani Lima Jumadil ula, enam Jumadil tsaniyah Ketujuh bulan rojab,
delapan bulan Sya’ban Sembilan Romadhon, sepuluh bulan Syawal Sebelas
Dzulqoidah, Duabelas Dzulhijah 46. ALHAMDULILLAH PUNYA MATA Alhamdulillah,
alhamdulillah Aku punya mata Mataku indah mataku bersih Oh Alhamdulillah Dapat
kulihat dapat kupandang Pemandangan indah Aku bersyukur Alhamdulillah
Terimakasih Allah 47. 10 MALAIKAT ALLAH 10 Malaikat Allah Jibril pembawa wahyu
Mikail pembagi rizqi Isrofil peniup sangka kala Izroil pencabut nyawa Munkar
dan Nakir penanya di kubur Rqib dan Atid pencatat amal Malik penjaga di Neraka
Ridwan penunggu Syurga 10 Malaikat Allah 48. ALLAH MAHA MELIHAT Allah Maha
Melihat hat … hat… Semua perilakumu mu… mu… Allah Maha Mendengar ngar…ngar…
Semua perkataanmu mu…mu… Ayo kita waspada da…da… Jangat berbuat dosa sa…sa…
Ingat ingat selalu lu…lu… Allah mengawasimu mu…mu… 49. RUKUN ISLAM DAN IMAN
Rukun Islam ada lima Pertama ucap dua kalimat syahadat Keduanya sholat ketiga
berpuasa Keempat zakat kelima naik haji Rukun Iman ada enam Percaya Allah,
percaya pada malaikat Percaya Kitab Allah serta Nabi dan Rasul Percaya kiamat
qodho dan qodar Rukun Islam harus dikerjakan Rukun Iman diyakini 50. I PI YA
Ipiyaa ya ya ipiye Aku dadi cah Islam wae Yen awan tak pikerke Yen wengi tak
impekke Imanku san soyo kuwate Ayo konco ayo konco Iki wis arep sasi poso Mulo
padha nindhakno Iku sifat satriyo Bedho karo sifate buto 51. BELAJAR NGAJI Saya
ingin belajar Bu Belajar di TPA Perlu cari ilmu Bu Ilmu yang berguna Blajar
mengkaji Qur’an Bu Ilmu yang sempurna Besok untuk bekal Bu Kecil sampai tua
Sungguh Qur’an itu Bu Petunjuk manusia Agar bahagia Bu Dunia akhiratnya 52.
SHOLAT Sholat iku penggawe mulyo Laku gampang ora rekoso Lan ngilangake laku
kang nistha Mumpung isih pada ana ndonya Tindake Nabi wajib den turut Nyembah
Allah kelawan sujud Lan nindakake laku kang becik Ngedohi laku alo lan musyrik
53. MESEMMA Mesemmaaa…….. Yen ora bisa kandha Mesemmaaa…….. Yen ora pati cetha
Mesemmaaa…….. Nadyan atimu rada gelo Mesemmaaa…….. Ngiras kanggo tamba
Mesemmaaa…….. 54. BOCAH CILIK Bocah cilik-cilik Lungguh tharik-tharik
Sandangane resik Tumindake becik Allah Pangeranku Muhamamd Nabiku Islam agamaku
Al Qur’an kitabku 55. DOA IBU Sejak kecil kudiasuh Oleh ayah dan ibu Tak pernah
dia mengeluh Malam kudijaga Pesan dari ibu guru Kuingat selalu Do’akanlah orang
tua Biar masuk syurga Oh Tuhan, oh Tuhanku Dengarlah do’aku Kasihinilah ayah
dan ibu Dan ampunilah dosanya 56. NABI YUNA Nabiyuna Nabi Muhamamd Ismu abi
sayyid Abdullah Ummuhu sayyidah Aminah Wahyuwayyulladu bi Makkah Yaumul Isnain
qobla subhi Syahrul April yaumul ‘Asyiri Amun fiil maulidun Nabi Khomsun mi’ah
wahid wa sab’iin Nabiku Nabi Muhammad Ingkang romo sayyid Abdullah Ingkang ibu
Siti Aminah Miyos dalem wonten ing Mekkah Dino Senen ing wayah subuh Sasi April
tanggal rong puluh Tahun Fill miyose Nabi Limo pitu siji tahun Masehi 57.
ALLAHU AKBAR Allahu akbar, Allahu Akbar Allahu akbar, Allahu Akbar Esuk-esuk
uthuk-uthuk Gununge katon ngregunuk Genduk ojo ngantuk Kae adzane wis nyeluk
Allahu akbar, Allahu Akbar Allahu akbar, Allahu Akbar Sisih wetan bang nerawang
Ojo padha ongkang-ongkang Kakang menyang mblumbang Sesuci nuli sembahyang
Allahu akbar, Allahu Akbar Allahu akbar, Allahu Akbar 58. ALLAH MAHA WELAS Duh Gusti
nyuwun kawelasan Dateng sadaya kesaenan Duh Dzat kang welas Lan kang ngapura
Mugi ngapunten Ing dosa kita 59. ASSALAAMU ‘ALAIKUM Assalaamu ‘alaikum
Wa’alaikum salam Semoga sejahtera Atas karunia-Nya 60. BISMILLAH
HIRRAHMAANIRROHIIM Bismillahirrohmaanirrohiim Dengan jalan rahmat dan kasih-Nya
Mereka yang beriman mereka yang bertakwa Senantyasa dalam nikmat Allah
MACAM-MACAM TEPUK 1. TEPUK ISLAM Tepuk Islam ( X X X ) agamamu ( X X X ) Islam
( X X X ) Tuhanmu ( X X X ) Allah ( X X X ) Nabimu ( X X X ) Muhammad ( X X X )
Kitabmu ( X X X ) Al Qur’an ( X X X ) temanmu ( X X X ) muslim ( X X X )
musuhmu ( X X X ) syetan 2. TEPUK TENANG Tepuk tenang ( X X X ) te ( X X X )
nang ( X X X ) tenang sedakep Mendel cep. 3. TEPUK KHOLIFAH Tepuk Kholifah ( X
X X ) pertama ( X X X ) Abu Bakar ( X X X ) kedua ( X X X ) Umar ( X X X )
ketiga ( X X X ) Usman ( X X X ) keempat ( X X X ) Ali 4. TEPUK RUKUN ISLAM
Tepuk rukun Islam ( X X X ) pertama ( X X X ) syahadat ( X X X ) kedua ( X X X
) shalat ( X X X ) ketiga ( X X X ) puasa ( X X X ) keempat ( X X X ) zakat ( X
X X ) kelima ( X X X ) haji 5. TEPUK RUKUN IMAN Tepuk rukun Iman ( X X X )
pertama ( X X X ) pada Allah ( X X X ) kedua ( X X X ) Malaikat ( X X X )
ketiga ( X X X ) Kitab-Nya ( X X X ) keempat ( X X X ) Nabi-Nya ( X X X )
kelima ( X X X ) Hari Kiamat ( X X X ) keenam ( X X X ) Taqdir 6. TEPUK AL
QUR’AN ( X X X ) pertama ( X X X ) Al Fatihah ( X X X ) kedua ( X X X ) Al
Baqorah ( X X X ) ketiga ( X X X ) Ali Imran ( X X X ) keempat ( X X X ) An
Nisa’ ( X X X ) kelima ( X X X ) Al Maidah ( X X X ) keenam ( X X X ) Al An’am
( X X X ) ketujuh ( X X X ) Al A’raf ( X X X ) kedelapan ( X X X ) Al Anfal ( X
X X ) kesembilan ( X X X ) At Taubah ( X X X ) kesepuluh ( X X X ) Yunus 7.
TEPUK ISTIQOMAH ( X X X ) Aku ( X X X ) Anak Islam ( X X X ) Slalu bangga ( X X
X ) dengan Islam ( X X X ) Jadi mentri ( X X X ) tetap Islam ( X X X ) Jadi
mantri ( X X X ) tetap Islam ( X X X ) Pak polisi ( X X X ) tetap Islam ( X X X
) Sampai mati ( X X X ) tetap Islam ( X X X ) Islam Islam yes. 8. TEPUK ISLAM
JAYA ( X X X ) I ( X X X ) S ( X X X ) L ( X X X ) A ( X X X ) M ( X X X )
Islam …. Jaya. 9. TEPUK SHOLAT ( X X X ) Lima waktu ( X X X ) kulakukan ( X X X
) Hati riang ( X X X ) jiwa lapang ( X X X ) Subuh ( X X X ) Dhuhur ( X X X )
Ashar ( X X X ) Maghrib ( X X X ) Isya’ ( X X X ) tak pernah ( X X X )
kutinggalkan 10. TEPUK PANJI ISLAM Panji Islam kan datang ( X X X hey ) Umat
Islam kan menang ( X X X hey ) Tak henti kami berjuang ( X X X hey ) Agar panji
Islam menjulang ( X X X hey )
1 komentar:
pencetus metode BCM itu siapa kak??
Posting Komentar